Menyoroti Cinta Dikalangan Remaja…
Pembaca yang budiman, sekarang
ada baiknya kita bicara lebih khusus tentang masalah cinta
lawan jenis. Karena ternyata cinta
jenis inilah yang seringkali membuat persoalan menjadi runyam. Cinta jenis ini pula yang sering mendorong orang
untuk menjadi sosok pemabuk cinta, yang lupa
diri dan tenggelam dalam ilusi cinta yang ia
buat sendiri. Banyak peristiwa yang telah hadir di depan mata kita menunjukkan
bahwa telah terjadi banyak persoalan yang terjadi karena cinta pada lawan jenis. Beberapa faktor
penyebabnya antara lain:
1. Terlau
Belia Mengenal Cinta
Zaman yang luar biasa ini nampaknya mempercepat proses
remaja mengenal cinta. Di usia mereka yang
sangat belia, mereka sudah mulai merasakan ada perasaan lain dalam dirinya
terhadap teman lawan jenisnya. Ada sebuah kisah lucu dari seorang anak berusia
TK. Sebut saja namanya Bunga. Saat Bunga hendak diajak bersepeda bersama
ayahnya ia menolak. Ketika ditanya kenapa dia menolak, ia berkata, “Aku nggak
mau diboncengin Ayah. Nanti orang mengira aku istrinya Ayah.” Sontak semua
orang tertawa. Tak ada yang menyangka kalimat itu keluar dari mulutnya yang
mungil. Saya kemudian bertanya-tanya, “Kok anak sekecil itu bisa-bisanya
berfikir semacam itu? Siapa yang mengajarinya? Atau apakah karena televisi yang
menjadi guru besarnya?”
Di
kota besar seperti Jakarta,
seorang psikolog pernah bertutur betapa ana usia SD sudah berfikir tentang cinta dan seks. Hal ini ia ketahui saat mengadakan
survey di beberapa SD di Jakarta. Mereka bahkan sudah bertanya apa alat
kontrasepsi itu. Hemm, Astaghfirullah…! Fenomena yang terjadi menunjukkan usia
mereka yang belia tidak mampu menandingi kedahsyatan cinta. Mereka belumlah
cukup umur untuk mengelola cinta yang mereka
miliki. Akhirnya yang terjadi adalah cerita pilu tentang pacaran yang salah
jalan dan salah arah.
2. Tidak
Bisa Membedakan Simpati, Naksir dan Cinta
Sejati
Saat tertarik kepada seorang teman di usia belia,
umumnya remaja tidak bisa membedakan antara ketiga hal itu. Mereka dilanda
kebingungan “Apakah saya sedang jatuh cinta beneran,
atau hanya sekedar naksir dan simpati saja?”. Lelaki dan perempuan memiliki
tingkat ketertarikan yang berbeda. Lelaki biasanya tertarik pada aspek
penampilan, seberapa tinggi kejelian matanya menilai seorang gadis. Sehingga
bila ia tidak dibimbing hidayah, mungkin setiap kali ada perempuan cantik, ia
akan selalu bilang “Kamu adalah cinta
sejatiku.” Padahal boleh jadi itu hanya semata naksir saja dan tidak lebih dari
itu. Ketika melihat seorang perempuan berkerudung dan terlihat mengenaskan, ia
mungkin iba. Sehingga ia tertarik untuk menolongnya. Lagi-lagi ia merasa telah
jatuh cinta pada gadis itu, Padahal boleh
jadi itu hanyalah perasaan simpati saja.
Jadi ketiga hal ini sangat susah dibedakan. Perasaan
simpati kadang diartikan naksir dan naksir kadang sudah diartikan sebagai cinta sejati. Lebih payah lagi bila seseorang
mudah jatuh cinta. Setiap melihat wanita
yang berbeda, ia akan simpati dan naksir padanya. Hal ini akan menjadi sebuh
masalah jika ia tidak bisa mengendalikan diri dengan menahan pandangannya
terhadp wanita. Simpati tidak menuntut komitmen, demikian pula naksir. Keduanya
hampir mirip sifatnya. Beda halnya dengan jatuh cinta, karena jatuh cinta
membutuhkan komitmen dan pengorbanan.
3. Tidak
Bisa Mengukur Kadarnya
Sebagian besar para remaja merasa seperti berada di
istana langit bila sudah jatuh cinta.
Sepertinya hatinya ingin meledak karena bahagia. Bila tidak diwaspadai mereka
akan dibutakan oleh cinta. Besarnya cinta yang mereka rasakan menghilangkan akal
sehatnya. Pikirannya kacau, dan hatinya selalu gelisah. Mereka tidak bisa lagi
membedakan apakah sebuah tindakan disebut konyol ataukah tidak hanya demi
menyenangkan hati kekasihnya. Mereka juga tidak bisa lagi mengukur apakah
tindakannya sudah masuk kategori berlebihan ataukah tidak. Maka tidaklah
mengherankan bila seorang perempuan merelakan kegadisannya pada kekasihnya atas
nama cinta. Na’udzubillah…
Seringkali logika dosa & tidak dosa sudah tidak
menjadi pertimbangan dalam bertindak. Asalkan mereka suka, mereka akan
melakukannya. Tidak ingat apa perintah Allah, tidak juga ingat apa
larangan-Nya. Akal sehatnya telah tunduk pada rasa cinta yang telah menggelora.
4. Terlalu
Naif dan Polos
Wajah imut para remaja belia ini seolah mencerminkan
betapa lugu dan polosnya mereka. Cinta yang
mereka rasakan seolah adalah cinta sepenuh
hati dan sepenuh cinta yang akan mereka
rasakan selamanya. Padahal boleh jadi teman yang menjadi kekasihnya hanya iseng
belaka. Kekasihnya ternyata sama sekali tidak menganggap itu sebuah hubungan
cinta, hanya main-main dan pengisi waktu luang saja. Seolah, sekali dia
mengenal cinta, maka itu adalah hati yang
paling tepat untuk berlabuh. Padahal usianya baru usia anak SMP. Lelaki yang
pertama yang menyatakan suka padanya, memberi perhatian lebih dari lelaki lain,
adalah lelaki yang tidak akan pernah ia lupakan. Lelaki itulah yang kemudian
sangat ia taati dan ia kagumi. Mereka tidak sadar bahwa boleh jadi itu hanya
perasaan emosi sesaat saja. Karena seiring usia mereka bertambah, pengetahuan
mereka tentang dunia pergaulan juga akan semakin bertambah.
Kenaifan dan kepolosan mereka dikarenakan usia mereka
yang masih labil. Mereka masih bingung dalam membuat keputusan dan seringkali
gamang dalam menentukan pilihan tindakan. Toh, bilapun meeka sudah memilih,
pilihan itu akan mudah goyah dan rapuh bila diterjang kritikan dan umpatan dari
teman-temannya.
5. Lebih
Didorong Nafsu, Bukan Cinta
Hubungan cinta
diusia muda seperti orang yang haus bertemu dengan segelas air yang segar dan
menyegarkan. Disaat remaja belia sedang mulai merintis libido, datanglah orang
yang dicintai. Kontan saja hal ini bak orang
yang sedang haus kemudian datang segelas air segar kepadanya. Sehingga tidaklah
berlebihan jika disimpulkan ketertarikan antar lawan jenis saat itu lebih
didasarkan pada aspek emosi sesaat dan bukan karena cinta.
Pada persoalan ini, lelaki lebih mudah tertarik dengan tampilan fisik. Wajah
yang manis, ayau dan mempesona selalu menjadi perhatian utama, apalagi bila
perempuan itu memiliki tubuh yang semampai. Dan ironisnya, ketika dia sudah
merasa jatuh cinta pada seorang wanita,
dengan mudahnya ia berpindah orang hanya karena orang itu lebih cantik dan
lebih menarik. Oleh karena itu, remaja di usia ini jarang yang ditemukan setia
dengan komitmennya. Karena mata mereka lebih liar daripada serigala di hutan.
Mata yang selalu jelalatan memandang aurat yang diumbar di pasar dan
jalan-jalan.
Semoga kita dijauhkan dari cinta
semu yang hanya memperturutkan hawa nafsu, cinta
yang melalaikan kita dari-Nya. Dan semoga kita diberi kemudahan untuk meraih cinta yang sejati, cinta
yang hakiki, yakni cinta kepada-Nya. (Adopted
from: “Ya Allah Aku Jatuh Cinta” – Burhan Shadiq)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar